SJO PURWAKARTA. Para perajin gerabah di sentra keramik Anjun Plered Kabupaten Purwakarta, keluhkan penurunan produksi. Pemicunya, curah hujan yang masih cukup tinggi diwilayah ini, hingga mengakibatkan sulit menjemur gerabah dibawah terik matahari.
"Karena jasa
pembuatan gerabah (keramik) ini lebih mengandalkan sumber energi
matahari untuk proses finishing, sehingga saat waktu hujan susah untuk
melakukan pengeringan," jelas Yudi, satu perajin gerabah, Jumat (10/2).
Lanjut Yadi, menyiasatinya, perajin mengeringkannya dengan mengandalkan tiupan angin disimpan diruang terbuka.
"Proses ini sangat memakan waktu lama (sebulan). Kalau dijemur dibawah terik matahari bisa dua pekan," ujarnya
Usai
dijemur, sambung yadi, gerabah gerabah tersebut kemudian dimatangkan
dengan dimasukan kedalam tungku pembakaran, kemudian dipasarkan
kesejumlah daerah di Indonesia.
Pada
cuaca normal ia dapat memproduksi ratusan gerabah beragam jenis seperti
pot bunga, celengan, guci dan lainnya dibanderol bervariasi dari harga
20 ribu rupiah, 300 ribu rupiah bahkan hingga jutaan rupiah.
"Ini
kendala dihadapi perajin keramik. Musim penghujan menurunkan produksi
hingga 10 persen, otomatis berdampak terhadap omzet berkurang,"
pungkasnya. (der)